Analisis Penggunaan Frasa Maushuliy pada Pendahuluan Artikel Ilmiah Penutur Jati dan Nonpenutur Jati

Main Article Content

Agil Husein Al Munawar Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
Rinaldi Supriadi Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
Maman Abdurrahman Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

Abstract

Abstract


The grammatical aspect of native speakers and non-native speakers may have several differences, and that is the main concern of this study, specifically the use of maushuly phrases which are considered as one of many frequently-happened errors during the process of writing Arabic texts. Thus, this research aimed to identify the distinctions between the use of maushuly phrases by native speakers and non-native speakers in the introduction section of research articles in order to be a source of enlightment to further improve the knowledge of Arabic Language Learners in comprehending the sentence structures and the culture of writing in the Arabic language. This study utilized the descriptive qualitative approach with the method of comparative analysis and analyzed the introduction section of an article from 4 sides; (1) Islam, (2) Linguistic, (3) Pedagogy, and (4) Health. Findings of this study highlight that in the introduction section of articles by the topic of pedagogy, native speakers tend to use isim maushul musytarak with the percentage of 100% and 100% of the hierarchy is majrur and utilizing shilah jumlah. In the introduction section of articles by the topic of Islam, however, non-native speakers tend to use isim maushul musytarak with the percentage of 73% and 40% of the hierarchy is mubtada' and utilizing shilah jumlah. Furthermore, in the introduction section of articles by the topic of health, native speakers tend to use isim maushul musytarak more than non-native speakers with the percentage of 54% and 83% of the hierarchy is majrur utilizing shilah jumlah. Lastly, in the introduction section of articles by the topic of linguistics, native speakers tend to use isim maushul musytarak with the percentage of 80%, while non-native speakers tend to use isim maushul khaas with the percentage of 89%. It can be inferred from the findings that maushuliy phrases utilized by native speakers are 100% mubtada' and idhafah, while maushuliy phrases utilized by non-native speakers are 89% adjective, however, both utilized shilah jumlah.


 Asbtrak


Gramatikal yang dipakai oleh penutur jati dan nonpenutur jati bisa saja memiliki perbedaan. Hal tersebut yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini, khususnya penggunaan frasa maushuly yang dianggap sebagai salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan teks bahasa Arab. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adakah perbedaan penggunaan frasa maushuly yang digunakan oleh penutur jati dan nonpenutur jati dalam pendahuluan artikel ilmiah sehingga dapat menjadi sumber untuk meningkatkan pengetahuan bahasa bagi pembelajar bahasa Arab dalam memahami struktur kalimat dan budaya kepenulisan bahasa Arab. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis komparatif dan menganalisis pendahuluan artikel dari empat bidang yaitu keislaman, linguistik, pembelajaran, dan kesehatan. Adapun hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam pendahuluan artikel bidang pembelajaran, penutur jati banyak menggunakan isim maushul musytarak yakni sebanyak 100% dengan 100% kedudukannya adalah majrur dan menggunakan shilah jumlah. Dalam bidang keislaman, pendahuluan artikel ilmiah nonpenutur jati lebih banyak menggunakan isim maushul musytarak dengan presentase 73% yang 40% kedudukannya adalah mubtada’ dan menggunakan shilah jumlah. Dalam bidang kesehatan, pendahuluan Artikel ilmiah penutur jati lebih banyak menggunakan isim maushul musytarak daripada nonpenutur jati dengan presentase 54% dan 83% berkedudukan majrur dengan menggunakan shilah jumlah. Dan dalam bidang linguistik, pendahuluan artikel ilmiah penutur jati lebih banyak menggunakan isim maushul musytarak dengan presentase 80%, sedangkan nonpenutur jati lebih banyak menggunakan isim maushul khaas dengan presentase 89%. Dari segi kedudukannya terinci bahwa frasa maushuliy penutur jati 100% memiliki kedudukan sebagai mubtada’ dan idhafah, sedangkan nonpenutur jati 89% memiliki kedudukan sebagai sifat namun keduanya memakai shilah jumlah.

Article Details